RSS

CERPEN


CLBK …
Why Not ???
Dear Diary,
          Di, kenapa ya akhir-akhir ini aku jadi sering ngebayangin wajah Aldy..? Rasanya semua kenangan manis yang pernah ada  di antara kita berdua sulit banget dihapus dari ingatanku, Di, Meskipun dulu aku pernah benci dan sempat sakit hati, tapi sesungguhnya aku nggak pernah bener-bener bias membencinya Di. Aduh Di, aku bingung mesti gimana..? Apakah aku lagi jatuh cinta untuk kedua kalinya..? Dengan orang yang sama..? Ah, kayaknya nggak mungkin Di. Aldy itu masa lalu. Dan aku nggak mungkin kembali ke masa lalu …
Lianty menutup diary biru yang selalu setia jadi tempat curhatnya selama ini. Semua cerita cintanya bersama Aldy tertuang di sama. Mulai awal perkenalan, saat-saat PDKT, masa-masa penuh cinta sampai akhirnya terjadi perang dunia ketiga yang menyebabkan kandasnya cinta mereka semua tertulis di situ. Lianty tidak ingin ada satu moment pun yang terlewatkan tanpa goresan penanya. Kalau lagi suntuk, Lianty pasti akan membuka kembali bab-bab awal di lembaran diarynya. Karena di sana tertulis cerita manis saat pertama kali dirinya jatuh cinta.
“Sorry Li, lo nggak papa kan..?” Tanya Aldy sambil membantu Lianty untuk bangun. “Ehm… nggak papa Al. Gue yang seharusnya minta maaf..” jawab Lianty sambil melepaskan pegangan tangan Aldy dari tangannya. Mereka sama-sama nggak mengira kalau akan bertabrakan di depan toilet sekolah.
“Sorry Al, gue balik dulu ya ke kelas,” ucap Lianty dengan gugup. “Iya,” Aldy tersenyum sambil mengangguk pelan. Lianty lalu perlahan pergi meninggalkan Aldy yang masih berdiri mematung. Aldy memandang Lianty dari kejauhan. Sekarang Lianty banyak berubah. Dia makin cantik dan kelihatan lebih dewasa. Sayang, kini Lianty bukan miliknya lagi.
Kejadian tiga hari yang lalu di depan toilet sekolah itu telah membuka kembali kenangan lama antara Aldy dan Lianty . Setahun lalu mereka adalah the most popular couple se-SMU Jaya Bela Indonesia alias SMU JaBlaI.
Aldy adalah ketua tim Paskibra sekolah yang keren dan cool abis. Sedangkan Lianty adalah ketua tim cheersleader SMU JaBlaI yang kece dan punya banyak fans. Mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi. Sebenarnya banyak yang iri melihat kedekatan dua siswa ikon SMU JaBlaI itu, namun cinta telah menguatkan Aldy dan Lianty. Hubungan percintaan mereka bukan guru-guru sampai pak Kepsek pun tau kalau mereka jadian.
Aldy dan Lianty menjalani hari-hari dengan penuh cinta. Meskipun mereka berlainan kelas, namun itu nggak tidak menjadi halangan. Mereka tetap tidak terpisahkan, akan lebih banyak lagi mata yang iri memandang jika mereka berdua lagi jalan bareng.
Namun memang tidak ada yang abadi di dunia ini. Setelah 9 bulan 10 hari  mereka bersama, badai pun datang menyerang. Hubungan mereka retak, kandas. Penyebabanya hanya mereka berdua tahu. Hati Lianty hancur berkeping-keping, begitu pula Aldy. Hal ini sangat berpengaruh dalam prestasi belajar dan di kehidupan mereka sehari-hari. Akhirnya Aldy dan Lianty sepakat mengakhiri hubungan spesialnya tepat di hari ulang tahun Lianty yang ke-16 tahun.
Sejak terjadinya perpisahan itu, hubngan Aldy dan Lianty jadi renggang. Mereka jarang bertegur sapa saat berpapasan. Bahkan mereka seperti tidak pernah saling kenal sebelumnya. Cinta memang aneh, dan benar kata orang bahwa batas cinta dan benci itu teramat tipis.
“Al…liat tuh! Mantan lo, si Lianty. Tambah cute aja doi,” ucap Zack suatu pagi di pinggir lapangan basket sekolah. Saat itu tim cheersleader sedang latihan untuk menghadapi kompetisi cheers se-Jabotabek. Mata Aldy menerawang, tidak bias dipungkiri, banyak yang berubah dari Lianty.
“Al… elo kok nggak ada respon sih?” Tanya Zack yang merasa dicuekin. “Iya, gu tau. Tapi untuk balikan lagi sama dia kayaknya nggak mungkin,” jawab Aldy diplomatis. “Padahal menurut insting gue bro, si Lianty tuh masi demen masih cinta gitu ama elo. Buktinya kalo upacara, mata doi nggak kedip ngeliatin elo.”
“Ah sok tau lo Zack,” mata Aldy kembali menerawang jauh. Ucapan Zack tadi pagi menyadarkan Aldy. Betapa di ruang hatinya yang terdalam masih ada rasa sayang buat Lianty.
Siang harinya sepulang sekolah, Aldy berdiri mematung di halaman belakang sekolah. Aldy memandangi pohon Asem yang berdiri kokoh di sana. Walaupun banyak yang bilang pohon Asem itu angker karena dihuni oleh kuntilanak bernama Mariam, tapi di bawah pohon itulah untuk pertama kali dirinya mengadakan upacara penembakan kepada seorang cewek. Dan cewek itu adalah Lianty, cinta pertamanya.
“Emang lo nggak kepikiran buat balik lagi sama Aldy, Li ?” Tanya Rara, sobat karib Lianty sejak jaman SD dulu. “Kayaknya nggak mungkin deh Ra,” jawab Lianty nggak semangat.
“Kenapa nggak mungkin?” Tanya Rara sambil mengunyah bakwan kegemarannya. “ Sifat gue sama dia tuh beda banget Ra. Itu yang bikin kita dulu pisah.”
“Nah, sekarangkan kalian udah tau sifat dan kekurangan masing-masing. Jadi inilah saatnya buat  memperbaiki keadaan.”
“Tua banget lo, Ra.”
“Iya, ya. Kok gue jadi sok bijak gini ye?”
“Udah ah! Gue nggak mau ngomongin Aldy lagi,” Lianty melamun sambil mengaduk-aduk jus alpukatnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada pohon Asem di halaman belakang sekolah. Dulu ia dan Aldy sering makan bakso di bawah pohon itu. Disana pula untuk pertama kalinya ia ditembak oleh seorang cowok. Ternyata banyak kenangan manis yang dialaminya bersama Aldy di bawah pohon itu.
Kompetisi cheersleader tinggal 3 hari lagi. Lianty dan lain-lain sepakat akan mengaharumkan nama SMUnya dia ajang tersebut. Anak-anak cheers latihan keras setiap hari agar bias jadi pemenang.
Sehari sebelum kompetisi, tim cheers mempertunjukan penampilan terbaiknya di depan seisi sekolah. Saat itulah terjadi sebuah accident. Ketika anak-anak cheers sedang menbuat formasi berbentuk pyramid, Lianty tergelincir jatuh karena kurang keseimbangan. Tubuh Lianty terhempas dan kepalanya membentur lantai. Lianty pingsan tak sadarkan diri. Spontan semua orang teriak histeris, termasuk Aldy. Dengan reflek Aldy langsung berlari dan membawa Lianty ke ruang UKS, suasana jadi heboh.
“Loe nggak papa kan, Li?” Tanya Aldy sambil menyodorkan segelas air putih setelah Lianty siuman. “ Iya, gue Cuma kecapean aja kok,” ucap Lianty lemah. “Makanya jaga kesehatan. Gue liat lo latihan terus tiap hari,” Lianty nggak nyangka kalau Aldy masih suka memperhatikan dirinya.
“ Sekarang gue antar lo pulang. Lo harus istirahat, oke ?” Lianty mengangguk pelan. Aldy lalu membawakan tas dan memapahnya pulang. Aldy tidak memperdulikan banyak mata yang memandang kearahnya. Siang itu Aldy mengantar Eka pulang dengan motornya. Saat itu lamunan Lianty melayang kembali ke masa-masa baru jadian. Dulu, mereka selalu keliling kota pakai motor itu setiap malam minggu.
“Makasih ya Al, lo udah mau ngantrin gue pulang.”
          “Iya, sama-sama. Loe istirahat ya,” Lianty tersenyum. Ternyata Aldy masih perhatian seperti dulu. “Al, maafin gue ya. Dulu gue egois, mau menang sendiri, manja, suka ngatur…”
“Ssssttt…….” Aldy menaruh jari telunjuknya di bibir Lianty. “Gue juga banyak kesalahan Li. Dulu gue terlalu keras. Gue nggak pernah coba buat ngertiin elo,” Aldy dan Lianty terdiam. Di dalam hati mereka sebenarnya masid ada rasa saling sayang. Dan Aldy sebenarnya ingin mengungkapkan perasaannya tapi mulutnya seperti terkunci rapat. Namun akhirnya….. “Li, bias nggak kita jalan bareng lagi kayak dulu?” Lianty diam nggak menjawab.
“Emang lo belum punya cewek?” Tanya Lianty menyelidik.
          “Sejak putus dari loe setahun lalu, gue nggak pernah deket atau jadian sama cewek manapun,” jawab Aldy jujur.
          “Lo sendiri gimana?”
          “Jujur ya Al. Gue emang pernah deket sama seseorang, tapi setelah gue jalani ternyata gue nggak ngerasain seperti apa yang pernah gue rasain sama loe,” wajah Aldy berseri-seri, berarti masih ada harapan buat dirinya.
          “Kalo gitu, mau nggak lo jadi pacar gue lagi?” Lianty terkejut. Inilah untuk kedua kali Aldy menembaknya. Bibir Lianty terasa berat untuk mengiyakan namun Lianty pun nggak sanggup untuk berkata “Tidak”.
          “Tapi lo harus janji nggak akan sering marah-marah kayak dulu lagi ya .”
          “Iya, gue janji. Dan lo juga harus janji nggak akan bersikap kekanak-kanakan lagi.”
          “Iya, gue janji” Aldy meraih tangann Lianty. Mereka lupa bahwa saat-saat seperti ini pernah mereka rasakan sebelumnya.
          “Kalo gitu, kita CLBK dong?” Tanya Lianty manja.
          “Emangnya kenapa?” jawab Aldy sambil mengusap lembut pipi Lianty. Lianty tersipu malu. Siang itu mereka merasakan sinar matahari terasa dingin bagaikan salju.
          Esok hari adalah lembaran baru buat mereka berdua. Dan dapat dipastikan seisi sekolah bakal heboh mendengar berita ini. Tapi Aldy dan Lianty telah memantapkan hati. Cuek aja, maju terus pantang mundur. CLBK……WHY NOT???

0 komentar:

Posting Komentar