Cerita Yang Tidak
Berujung
Aku
bingung darimana aku harus bercerita, disaat ini aku merasakan betapa perihnya
orang yang aku cintai bersama dengan yang lain. Aku berusaha untuk menghindar
darinya itu pun untuk kebahagiaan dan demi kebaikan mereka. Hari demi hari,
detik demi detik ku berusaha tidak
mengingat dia lagi. Tapi ternyata bukan aku yang sulit tapi dialah yang sulit
melupakan aku. Padahal dulu semenjak aku pacarannya dengannya, aku jarang
ketemu hanya lewat pesan dan melalui dumaylah aku berkomunikasi. Kita pun
jarang telepon-teleponan tapi yang membuatku bingung “kenapa dia begitu sayang
? dan kenapa tak bisa melupakan aku hingga sekarang ?”.
Dia mempunyai seorang kekasih yang begitu sayang
dengannya, tapi setelah aku tanya dia hanya menjawab “Biasa Saja”. Cewek itu
cantik tapi teteplah hati dia tidak bisa berbohong kalau dalam hati kecilnya
masih ada aku. Aku berusaha menjauh tapi dia mendekat. Setelah aku tahu dia
tidak lagi dengan wanita itu sedikit aku kecewa dan membuatku bertanya-tanya “Apa
semua ini karenaku”. Dia bilang kepadaku itu bukan karenaku, itu bukan salahku
tapi salah dia yang menerima dengan terpaksa. Tapi semua itu bohong, semua yang
diucapnya bohong dan tidak sama dengannya. Aku kecewa, aku kesal dengan dirinya
yang membohongiku. Walaupun itu bukan salahku, tapi aku merasa tidak enak
dengan wanita itu. Aku mengerti dan paham hati seorang cewek, aku juga paham
rasanya sakit hati dan kecewa. Aku tidak mau menyakiti seseorang karna aku
tidak mau disakiti. Satu hari tanpa tidak smsan itu menurut dia tidak bisa.
Tiap hari gombalan itu dikeluarkan dari mulutnya. Tapi satu hal yang aku tidak
suka darinya yaitu “ngambek”. Aku pernah bilang ke dia, aku tidak bisa
menerimanya kembali lagi karenahanya sakit yang nantinya aku rasakan. Tapi dia
tetap dengan pendiriannya dan tidak menyerah untuk mengejar cintanya. Dia
pernah berbicara seperti ini “Sebelum janur kuning melengkung aku gak akan
menyerah dan aku cemburu, aku khawatir itu karna aku sayang sama aku. Dan tak
mungkin aku bisa lupa, ataupun jauhin kamu”. Itu kata-kata yang pernah dia ucap
beberapa kali. Tetapi suatu masalah atau hal membuat semua itu jadi sulit walau
itu bagiku hanyalah hal kecil tapi malah membuat marah besar untuk dirinya.
Disaat itu, dihari itu juga aku meminta maaf pada dirinya karena aku tidak bisa
marah apalagi diam-diaman sama seseorang. Dengan rayuan aku, akhirnya dia
memaafkanku. Aku bilang “Ikhlas tidak maafin aku!” dia berkata “Iya, Ikhlas”.
Disitu aku berteman dan baikan lagi. Membuka lembaran baru itu lebih baik daripada
kita membuka lagi lembaran lama kita yang kusam.
0 komentar:
Posting Komentar