RSS

TUGAS II AKUNTANSI INTERNASIONAL



AKUNTANSI INTERNASIONAL

DEVALUASI DAN REVALUASI

Disusun Oleh :

                                                  Setiawan Angga Ghozali   (26212945)
Shella Vida Aprilianty       (26212976)

4EB13


A.    Devaluasi dan Revaluasi
1.      Pengertian Devaluasi
Devaluasi adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah ekspor ke luar negeri dan membatasi jumlah impor serta menambah devisa negara.
Tindakan Devaluasi yang diambil oleh pemerintahan dapat mempengaruhi aktivitas perekonomian baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum sebuah mata uang didevaluasi, yaitu:
1.      Tingkat inflasi super tinggi > 200%.
2.      Cadangan devisa sangat minim.
3.      Hutang luar negeri yang sangatbesar.
4.       Instabilitas ekonomi yang dapat mengguncang negara.
Isu devaluasi biasanya selalu berkembang ketika mata uang suatu Negara mengalami keterpurukan. Namun, adanya devaluasi juga memberikan efek negatif yang harus kita pahami, antara lain:
1)      Mata uang yang lebih kuat akan mengakibatkan ekspor menjadi turun karena barang menjadi lebih mahal di luar negeri.
2)      Ongkos produksi akan menjadi lebih tinggi bila dinilai menggunakan mata uang asing.
3)      Banyak perusahaan yang terancam bangkrut bila terus memproduksi di Negara yang melakukan devaluasi.
4)      Banyak investor yang keluar dari Negara tersebut sehingga iklim investasi menjadi macet.
5)      Terancamnya industri domestik dikarenakan harga impor yang menjadi sangat murah.
1.1  Tujuan Kebijakan Devaluasi
Beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintahan suatu negara dengan mengambil kebijakan devaluasi mata uangnya adalah :
1.      Mendorong ekspor dan membatasi impor. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki posisi balance of payment BOP dan balance of trade BOT agar menjadi equilibrium atau setidaknya mendekati equilibrium.
2.      Mendorong peningkatan penggunaan produksi dalam negeri. Hal ini dapat dicapai karena nilai barang impor menjadi lebih mahal dibanding barang local, atau domestik.
3.      Dengan tercapainya keseimbangan BOP diharapkan nilai kurs valuta asing dapat menjadi relative stabil.

1.2  Dampak Devaluasi
1.2.1        Dampak jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang Devaluasi
1.2.1.1  Dampak Jangka Pendek Devaluasi
Dalam jangka pendek, tindakan devaluasi dapat menggeser pengeluaran atau expenditure switching dari konsumsi produk luar negeri kepada konsumsi produk dalam negeri.
      Pergeseran konsumsi ini dapat berakibat terhadap kenaikan harga barang dan jasa dalam negeri. Kenaikan harga ini akan berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat cenderung turun.
      Penurunan konsumsi dapat menyebabkan turunnya aktivitas ekonomi yang dapat mendorong terjadi deflasi. Kondisi ekonomi ini dapat mengakibatkan terjadinya resesi ekonomi.

1.2.1.2  Dampak Jangka Menengah Devaluasi
Dalam jangka menengah, tindakan devaluasi dapat memperbaiki posisi Balance Of Payment (BOP) dan Balance of Trade (BOT) melalui mekanisme elastisitas permintaan ekspor dan impor sesuai dengan Marshall-Lerner-Condition. Selain itu, devaluasi dapat juga memperbaiki posisi Balance Of Payment melalui mekanisme moneter.

1.2.1.3  Dampak Jangka Panjang Devaluasi
Dampak jangka panjang merupakan akibat dari dampak yang terjadi pada jangka pendek dan menengah. Dalam jangka pendek terjadi perubahan harga produk dan pergeseran konsumsi diikuti dengan peningkatan aliran modal atau devisa pada jangka menengah. Dampak ini menyebabkan terjadinya pergeseran produksi atau production switching, baik yang menyangkut tradeable goods maupun nontradeable good. Pergeseran produksi ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur ekonomi secara nasional.

1.2.2        Dampak Negatif Devaluasi
Namun, devaluasi juga mempunyai dampak negatif. Adanya devaluasi membuat harga-harga di dalam negeri menjadi naik. Selain itu, orang-orang Indonesia yang mempunyai utang luar negeri dalam bentuk mata uang asing menjadi terpukul sebab utang tersebut menjadi membengkak jika dilihat dari Rupiah.

1.3  Contoh Kasus Devaluasi
Adapun contoh dari devaluasi, diantaranya sebagai berikut:
Utang Albu sebesar US$1 juta. Apabila ia bayar utangnya sebelum 15 November 1978, ia harus membeli US$ dengan kurs US$ 1 = Rp 400,00. jadi Albu harus terus mengeluarkan Rp 400 juta. Namun, apabila ia harus membayar utangnya setelah 15 November 1978, Albu harus mengeluarkan Rp. 650 juta ini berarti, devaluasi mengakibatkan utang Albu bertambah dalam nilai Rupiah sebesar Rp. 250 juta. “Tambahan” utang  ini dapat mendorong Albu untuk menaikkan harga barang.

Namun, penurunan nilai rupiah terhadap mata uang asing pada masa krisis moneter di Indonesia (sejak 1997) tidaklah termasuk devaluasi, sebab bukan merupakan  kebijakan pemerintah. Penurunan nilai akibat tarik menarik antara permintaan dan penawaran terhadap mata uang rupiah di pasar internasional dan nasional.

2.      Pengertian Revaluasi
Revaluasi adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk meningkatkan nilai mata uang di dalam negeri terhadap mata uang asing. Kebijakan ini diambil ketika pemerintah ingin mendorong tingkat impor dan menurunkan ekspor.
Sedangkan dalam akuntansi, revaluasi berarti penilaian kembali atas aktiva tetap yang dipakai dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan untuk tujuan perpajakan.

2.1  Tujuan Revaluasi
Revaluasi bertujuan untuk meningkatkan nilai mata uang di dalam negeri terhadap mata uang asing. Salah satunya alasan pemerintah ingin meningkatkan impor adalah untuk mengurangi akumulasi mata uang asing dalam negeri.

2.2  Dampak Revaluasi
2.2.1        Dampak Positif Revaluasi
Dengan revaluasi, nilai barang-barang dalam negeri menjadi lebih mahal, dan nilai barang-barang luar negeri menjadi lebih murah. Akibatnya, impor meningkat. Setiap impor dilakukan, suatu nilai mata uang asing harus digunakan untuk membayar barang-barang yang diimpor tersebut. Sehingga, peningkatan impor mengakibatkan peningkatan permintaan mata uang asing dan pada akhirnya penurunan cadangan mata uang asing di dalam negeri.

2.2.2        Dampak Negatif Revaluasi
Revaluasi mempunyai dampak negatif pada keuntungan dan daya saing perusahaan-perusahaan dalam negeri. Revaluasi membuat barang-barang local lebih murah di pasar internasional. Akibatnya, perusahaan-perusahaan dalam negeri akan mengalami tekanan untuk menurunkan harga barang-barangnya, meningkatkan produktivitas, dan promosi agar barang-barangnya dapat bersaing di pasar internasional dan dalam negeri. 
  
2.3  Contoh Kasus Revaluasi
Pada bulan Januari 2004 US$ 1 = Rp 8.500
Pada bulan Maret 2004, pemerintah mengambil kebijakan revaluasi sehingga US$ 1 = Rp7.000.

Perusahaan Empat Musim adalah perusahaan garmen yang mengekspor produk-produknya ke berbagai negara Eropa. Seluruh transaksi menggunakan mata uang US$. Pada bulan Januari 2004, apabila Negara x ingin membeli produk-produk Perusahaan Empat Musim senilai Rp 1.000.000. Negara X harus membayar Rp 1.000.000 x US$1/Rp 8.5000 = US$ 117.647. Setelah revaluasi, nilai transaksi itu berubah menjadi Rp 1.000.000 x US$1/Rp 7.000. = US$142,857. Dari sini dapat dilihat bahwa setelah revaluasi, barang-barang ekspor akan menjadi lebih mahal. Sebaliknya, apalagi Perusahaan Empat Musim adalah pengimpor produk garmen, nilai transaksi setelah revaluasi akan menjadi lebih murah. Katakanlah Perusahaan Empat Musim mempunyai transaksi impor US$ 1juta x Rp 8.500/US$ 1 =Rp 8.500.000.000, namun setelah revaluasi transaksi menjadi US$ 1juta x Rp 7.000/US$1 = Rp 7.000.000.000. ini berarti, biaya impor menjadi lebih murah.



DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, Nurhadi. “Buku Ekonomi
Kuncoro. M.. 1996. “Manajemen Keuangan Internasional, Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global”. BPFE. Yogyakarta.
Hady. H.. 2004. “Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional”. Buku 2. Edisi Revisi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hady. H.. 2008. ”Manajemen Keuangan Internasional”. Cetakan Keempat. Jakarta: Yayasan Administrasi Indonesia.
http://www.belonomi.com/2015/11/pemahaman-tentang-devaluasi-deflasi.html